21 Desember 2012

GREEN CANYON





BACAAN SURAT DALAM SHALAT



BACAAN SURAT AL-QUR'AN DALAM SHALAT

(disidangkan pada hari Jum'at, 9 Syakban 1430 H / 31 Juli 2009 M)


Pertanyaan:

1.      Bolehkah membaca surat dengan secara tidak urut, misalnya surat No. 10 pada rakaat pertama dan surat No. 9 pada rakaat kedua?
2.      Bolehkah membaca ayat tidak dari permulaan surat dalam shalat?
3.      Bolehkah membaca surat yang lebih pendek pada rakaat pertama dalam shalat?


Jawaban:

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kami nukil terlebih dahulu hadis-hadis yang ada hubungannya dengan pertanyaan tersebut:
1-   عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ اْلأُوْلَيَيْنِ مِنْ صَلاَةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي اْلأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ وَيُسَمِّعُ اْلآيَةَ أَحْيَانَا. [رواه البخاري في كتاب الآذان، 1: 91]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin Abu Qatadah dari ayahnya, ia berkata: Nabi saw pernah membaca dalam dua rakaat pertama pada shalat dzuhur surat al-Fatihah dan dua surat. Beliau membaca surat yang panjang pada rakaat pertama dan membaca surat yang pendek pada rakaat kedua, dan kadang-kadang memperdengarkan kepada kami dalam membaca ayat.” [HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Adzan, I: 91]
2-   عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِنَا فَيَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ فِي الرَّكْعَتَيْنِ اْلأُولَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ وَيُسْمِعُنَا اْلآيَةَ أَحْيَانًا وَكَانَ يُطَوِّلُ الرَّكْعَةَ اْلأُولَى مِنْ الظُّهْرِ وَيُقَصِّرُ الثَّانِيَةَ وَكَذَلِكَ فِي الصُّبْحِ. [رواه مسلم، كتاب الصلاة: 210]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Qatadah, ia berkata: Pernah Rasulullah saw shalat bersama kami. Dalam shalat dzuhur dan asar, pada dua rakaat pertama, beliau membaca surat al-Fatihah dan dua surat (lainnya), dan kadang-kadang beliau memperdengarkan bacaan ayat. Beliau memperpanjang (bacaan ayat) pada rakaat pertama dan memperpendek (bacaan ayat) pada rakaat kedua, demikian pula dalam shalat shubuh.” [HR. Muslim dalam Kitab ash-Shalah: 210]
3-   عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ فِي اْلأُولَى مِنْهُمَا اْلآيَةَ الَّتِي فِي الْبَقَرَةِ، قُولُوا آمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا إِلَى آخِرِ اْلآيَةِ وَفِي اْلأُخْرَى آمَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ. [أخرجه النسائي، جـ: 2، كتاب الصلاة: 100]
Artinya: “Diriwayatkan dari Said bin Yasar, Ibnu Abbas memberitahu bahwa Rasulullah saw pada dua rakaat dalam shalat fajar, pada rakaat pertama membaca ayat yang ada dalam surat al-Baqarah قُولُوا آمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا (QS. al-Baqarah {2}: 136) hingga akhir ayat dan pada rakaat lainnya (kedua) membaca ayat آمَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (QS. Ali Imran {3}: 52).” [Ditakhrijkan oleh an-Nasa'i, Juz II, Kitab ash-Shalah: 100]
4-   عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ السَّائِبِ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلمُؤْمِنُونَ فِي الصُّبْحِ حَتَّى إِذَا جَاءَ ذِكْرُ مُوسَى وَهَارُونَ أَوْ ذِكْرُ عِيسَى أَخَذَتْهُ سَعْلَةً فَرَكَعَ . وَقَرَأَ عُمَرُ فِي الرَّكْعَةِ اْلاُولَى بِمِائَةِ وَعِشْرِينَ آيَةً مِنَ اْلبَقَرَةِ. وَفِي الثَّانِيَةِ بِسُورَةِ مِنَ اْلمَثَانِي. وَقَرَأَ اْلأَحْنَفُ بِاْلكَهْفِ فِي اْلاُولَى وَفِي الثَّانِيَةِ بِيُوسُفَ أَوْ يُونُسَ ... [أخرجه البخاري، كتاب الآذان: 93]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin as-Saib, dalam shalat shubuh Nabi saw membaca surat al-Mukminun, hingga ketika sampai pada penyebutan kata "Musa wa Harun" atau "Isa", beliau terkena batuk lalu rukuk. Dan Umar pada rakaat pertama membaca seratus dua puluh ayat dari surat al-Baqarah dan pada rakaat kedua membaca surat al-Matsani (surat yang kurang dari seratus ayat). Adapun al-Ahnaf membaca surat al-Kahfi pada rakaat pertama dan surat Yusuf atau Yunus pada rakaat kedua.” [Ditakhrijkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Adzan: 93]
5-   عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ أَنَّهُ قَالَ لِمَرْوَانَ يَا أَبَا عَبْدِ الْمَلِكِ أَتَقْرَأُ فِي الْمَغْرِبِ بِقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ وَإِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ قَالَ نَعَمْ. [أخرجه النسائي، جـ: 2: 175]
Artinya: “Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata kepada Marwan: Hai Abu Abdul Malik apakah engkau membaca قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ (QS. al-IkhlasH) dan إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (QS. al-Kautsar)? Ia menjawab: Ya.” [Ditakhrijkan oleh an-Nasa'i, Juz II: 175]
6-   عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلاَقَةَ قَالَ سَمِعْتُ عَمِّي يَقُولُ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّبْحَ فَقَرَأَ فِي إِحْدَى الرَّكْعَتَيْنِ وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ. [أخرجه النسائي، جـ: 2، كتاب الصلاة: 163]
Artinya: “Diriwayatkan dari Ziyad bin Alaqah, ia berkata: Saya mendengar Umar berkata: Saya bersama Rasulullah saw shalat shubuh, ketika itu pada salah satu dari dua rakaat beliau membaca وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ (QS. Qaf {50}: 10).” [Ditakhrijkan oleh an-Nasa'i, Juz II, Kitab ash-Shalah: 163]
7-   عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كُنَّا نُصَلِّي خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ فَنَسْمَعُ مِنْهُ اْلآيَةَ بَعْدَ اْلآيَاتِ مِنْ سُورَةِ لُقْمَانَ وَالذَّارِيَاتِ. [رواه النسائي]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Ishaq dari al-Barra', ia berkata: Kami shalat dzuhur di belakang Nabi saw, kemudian kami mendengar dari suara beliau, ayat demi ayat dari surat Luqman dan adz-Dzariyat.” [Ditakhrijkan oleh an-Nasa'i, Juz II, Kitab ash-Shalah: 163]

Penjelasan
1.      Hadis pertama dan kedua (dari Abdullah bin Qatadah), menjelaskan bahwa Nabi saw membaca surat yang lebih panjang pada rakaat pertama daripada surat yang dibaca pada rakaat kedua, baik pada shalat dzuhur, isya' maupun pada shalat shubuh.
2.      Hadis ketiga dari Sa'id bin Yasar menjelaskan bahwa ketika shalat fajar, beliau membaca ayat tidak dari permulaan surat, yaitu al-Baqarah (2): 136, dan Ali Imran (3): 52.
3.      Hadis tersebut diperkuat dengan hadis No. 6 dari Ziyad bin Alaqah, yang menjelaskan bahwa Nabi saw membaca ayat dari ayat 10 surat Qaf.
4.      Demikian pula hadis yang ke tujuh dari Abu Ishaq, menjelaskan bahwa Nabi saw membaca sebagian dari surat Luqman dan surat adz-Dzariyat. Kami memahami bahwa Nabi saw tidak membaca dari permulaan surat, sebab hadis tersebut tidak menjelaskan bahwa beliau membacanya dari permulaan.
5.      Hadis keempat menjelaskan bahwa Ahnaf (shahabat Nabi saw) membaca surat al-Kahfi pada rakaat pertama dan membaca surat Yusuf atau Yunus pada rakaat kedua. Al-Kahfi surat ke-18, sedangkan Yusuf surat ke-12 dan Yunus surat ke-10.
6.      Hadis tersebut diperkuat dengan hadis ke lima dari Zaid bin Tsabit bahwa Abdul Malik (sahabat Nabi) membaca Qul Huwallahu Ahad (QS. al-Ikhlas, surat ke-112) kemudian membaca surat al-Kautsar, surat ke-108, pada rakaat kedua.
7.      Kami telah berusaha mencari hadis lainnya, tetapi tidak ada hadis yang melarang atau mewajibkan untuk membaca surat yang lebih panjang pada rakaat pertama, dan tidak ada yang mewajibkan membaca dari permulaan surat dalam shalat maupun di luar shalat. Demikian pula tidak kami temukan hadis yang mewajibkan membaca secara urut dalam shalat.

Kesimpulan
1.      Diperbolehkan (mubah) membaca surat secara tidak berurutan pada rakaat-rakaat dalam shalat.
2.      Diperbolehkan (mubah) membaca ayat tidak dari permulaan surat, baik pada shalat wajib maupun pada shalat sunnah.
3.      Disunnahkan membaca surat yang lebih panjang pada rakaat pertama, namun diperbolehkan (mubah) membaca ayat yang lebih pendek pada rakaat pertama.

Wallahu a'lam bish-shawab. *sd)

15 Desember 2012

Aurat Wanita Dalam Islam

Berikut aku posting Fatwa Tarjih Muhammadiyah tentang Aurat Wanita Dalam Islam. Bagi bapak - ibu - saudara yang inggin download dipersilahkan.
AURAT WANITA DALAM ISLAM

10 Desember 2012

REMIDI UAS SEMESTER GASAL TH. 2012/2013



Anak - anak yang remidi adalah yang mendapatkan nilai kurang dari 6,0. 
Silahkan baca dan  kerjakan soal- soal berikut dan kumpulkan hari rabu

08 September 2012

MENGGANTI PUASA RAMADHAN

CARA MENGGANTI PUASA RAMADHAN YANG DITINGGALKAN
Bagi wanita tentu mengalami hal ini, bagaimana cara mengganti puasa yang terhutang, silahkan baca selengkapnya

13 Agustus 2012

RINDU RASUL

Rindu kami padamu Ya Rasul

Rindu tiada terperi

Berabad jarak darimu Ya Rasul

Serasa dikau di sini

Cinta ikhlasmu pada manusia

Bagai cahaya surga

Dapatkah kami membalas cintamu

Secara bersahaja

Rindu kami padamu Ya Rasul

Rindu tiada terperi

Berabad jarak darimu Ya Rasul

Serasa dikau di sini

Cinta ikhlasmu pada manusia

Bagai cahaya surga

Dapatkah kami membalas cintamu

Secara bersahaja

Rindu kami padamu Ya Rasul

Rindu tiada terperi

Berabad jarak darimu Ya Rasul

Serasa dikau di sini



Lirik Lagu Vidi Aldiano – Rindu Rasul Feat Sam Bimbo dipersembahkan oleh Lirik Lagu Indonesia Terbaru

02 Agustus 2012

CARA DUDUK SHALAT DUA REKAAT

Berikut aku muat tentang cara duduk shalat dua rekaat seperti yang ku copy dari webnya muhammadiyah atas pertanyaan  dari salah seorang simpatisan/anggota.


Cara Duduk Dalam Alat Dua Rakaat

1-  Artinya: “Malik bin al-Huwairis al-Laisy elah menceritakan kepada kami, bahwa  dirinya pernah melihat Nabi saw sedang melakukan shalat,  apabila beliau duduk pada rakaat ganjil dari shalatnya beliau tidak berdiri, sampai beliau duduk dengan lurus”. (HR al-Bukhari; bab man  istawa qaidan fi witrin min shalatihi)

2. Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata; adalah Rasulullah saw. memulai shalatnya dengan  (mengucapkan) takbir dan (melanjutkan) dengan (bacaan) Alhamdu lillahi rabbil’alamin. Apabila beliau ruku’, maka tidak mengangkat  kepalanya dan tidak pula merendahkannya, tetapi eliau melakukannya dengan tengahtengah (lurus). Apabila beliau mengangkat kepalanya  dari ruku’ (bangkit), beliau tidak (segera) sujud sampai berdiri tegak. Dan apabila beliau mengangkat kepalanya dari sujud, maka beliau pun  tidak (segera) sujud (yang kedua) sampai beliau sempurna duduknya, dan pada setiap dua rakaat beliau membaca “at-Tahiyat” dan (pada saat  itu) beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya. Beliau melarang (orang shalat) duduk di atas kedua tumitnya dan  melarang pula seseorang menghamparkan kedua hastanya hamparan binatang buas, dan beliau mengakhiri shalatnya dengan membaca  salam.” (HR Muslim; kitab as- Shalat, bab Maa Yajma’u shifat as-Shalat)

3. Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata; adalah Rasulullah saw.  memulai shalatnya dengan (mengucapkan) takbir dan (melanjutkan) dengan (bacaan) Alhamdu lillahi rabbil-‘alamin. Apabila beliau ruku’,  maka tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkannya, tetapi beliau melakukannya dengan tengahtengah (lurus). Apabila  beliau mengangkat kepalanya (bangkit) dari ruku’ , beliau tidak (segera melakukan) sujud sampai berdiri tegak. Dan pada setiap dua rakaat  beliau membaca “at-Tahiyat” dan beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya.” (HR. Abu Dawud)

4- Artinya: “Diriwayatkan  dari Muhammad bin Amr bin ‘Atha bahwa dirinya pernah duduk bersama dengan para sahabat, maka kami membicarakan tentang shalat Nabi saw, (ketika itu) Abu Humaid as- Sa’idi berkata; aku adalah orang yang paling mengerti shalat Rasulullah saw. Aku melihat beliau,  apabila bertakbir, mengangkat kedua tangannya sejurus dengan bahunya dan apabila ruku’ meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya, lalu membungkukkan punggungnya, kemudian apabila mengangkat kepalanya beliau berdiri tegak sehingga luruslah tiap  tulangtulang punggungnya seperti semula; lalu apabila sujud, beliau meletakkan kedua telapak tangannya pada tanah dengan tidak menempelkan kedua lengan dan tidak merapatkannya (pada lambung), dan ujung-ujung jari kakinya dihadapkan ke arah Qiblat. Kemudian  apabila duduk pada raka’at yang kedua beliau duduk di atas kaki kirinya dan menumpukkan kaki yang kanan. Kemudian apabila duduk pada  raka’at yang terakhir ia majukan kaki kirinya dan menumpukkan kaki kanannya serta duduk bertumpu pada pantatnya.” (HR. al- Bukhari, kitab  al-Adzan, bab sunnah al- Julus fii at-Tasyahhud)

5- Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Humaid as-Sa’idy ia berkata, adalah Nabi saw apabila  beliau duduk pada rakaat kedua dimana shalat berakhir, beliau memajukan kaki kirinya dan duduk pada bagian kirinya dengan cara tawarruk,  lalu ia mengucapkan salam”. (HR an-Nasa’i, Kitab as-Sahwi, Bab Sifat al-Julus fi ar-Rak’ati allati yaqdhi fiiha as-Shalat)

Dengan  memperhatikan Hadits-Hadits tentang tata cara shalat di atas, dapat disimpulkan bahwa duduk dalam pelaksanaan shalat ada dua macam,  yaitu:

Pertama, duduk iftirasy, yaitu duduk dengan cara duduk di atas telapak kaki kiri dan telapak kaki kanan ditegakkan.
Kedua, duduk  tawarruk, yaitu duduk dengan cara memajukan kaki kiri di bawah kaki kanan dan menegakkan telapak kaki kanan.

Berdasarkan kemiripan matan  dan kesamaan isi, dilalah hadits-hadits tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Kelompok pertama (Hadits no.1). Dilalah Hadits ini menunjukkan adanya duduk istirahat ketika akan berdiri dari rakaat ganjil (rakaat pertama dan tiga).
2. Kelompok kedua (Hadits no. 2  dan3). Dilalah kedua Hadits tersebut menunjukkan bahwa Nabi saw pada setiap 2 rakaat membaca at-tahiyat (tasyahud) dan duduk dengan  cara duduk iftirasy, dan Nabi melarang duduk di atas kedua tumitnya dan melarang pula kepada orang yang shalat menghamparkan kedua hastanya seperti binatang.
3. Kelompok ketiga (Hadits no.4-5). Dilalah kedua Hadits tersebut menjelaskan apabila beliau duduk pada rakaat kedua beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya (duduk iftirasy) dan apabila duduk pada rakaat terakhir, beliau  memajukan kaki kiri (di bawah kaki kanan) dan menegakkan kaki kanannya (duduk tawarruk).

Secara lahiriyah (tekstual) Hadits no. 3 (Hadits  riwayat Abu Dawud melalui Aisyah ra.) menunjukkan bahwa pada setiap dua rakaat membaca “at-Tahiyyat”  atau “tasyahud” dan duduk dengan  cara duduk iftirasy. Pemahaman ini tidak tepat karena pada Hadits lain seperti pada Haditsno. 4, Hadits riwayat al-Bukhari melalui Abu Hamid as-Sa’idy menjelaskan bahwa beliau (Abu Hamid) mengetahui betul carashalat Rasulullah, apabila duduk pada rakaat kedua  beliau duduk dengan cara duduk iftirasy dan apabila duduk pada rakaat terakhir duduk dengan cara duduk tawarruk.

Dan pada Hadits no. 5  (Hadits riwayat an-Nasa’i dari Abu Hamid as- Sa’idy menjelaskan bahwa Nabi saw apabila duduk pada rakaat kedua yang merupakan rakaat  terakhir duduk dengan cara duduk tawarruk. Menurut kami Hadits no. 3 (Hadits riwayat Abu Dawud melalui Aisyah ra) tidak difahami secara  kemutlakannya, akan tetapi harus dihubungkan dengan pemahaman terhadap Hadits lainnya (seperti Hadits no. 4 dan 5) yang semakna.

Dengan demikian untuk memahami Hadits tersebut (Hadits no. 3, Hadits riwayat Abu Dawud melalui Aisyah ra) perlu dikaitkan dengan  pemahaman terhadap Hadits lainnya, dan menurut kami pemahaman semacam ini lebih tepat.

Oleh karena itu, pemahaman terhadap Hadits  tersebut (Hadits no. 3, Hadits riwayat Abu Dawud melalui Aisyah ra.) adalah cara duduk pada raka’at kedua yang bukan merupakan  rakaat terakhir dengan cara duduk “iftirasy”, sedang duduk pada rakaat kedua dan rakaat tersebut merupakan rakaat terakhir (yang diakhiri  dengan mengucapkan salam), maka duduknya dengan cara duduk “tawarruk” (memasukkan kaki kiri di bawah kaki kanan, dan menegakkan  jari-jari kaki kanan serta duduk di lantai). Pemahaman semaca ini dikuatkan dengan pemahaman dari beberapa Hadits yang menjelaskan  bahwa cara duduk pada rakaat terakhir (baik jumlah rakaatnya 2, 3 atau 4) dengan cara duduk “tawarruk”. Dengan mengkaji ulang  pemahaman terhadap.

Hadits-Hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kalimat “raka‘at terakhir” yaitu duduk tahiyat  terakhir dalam shalat, baik shalat tersebut jumlah rakaatnya dua rakaat, tiga rakaat atau empat rakaat, baik dalam shalat wajib maupun shalat  sunat yang setelah selesai berdoa lalu ditutup dengan salam. Cara duduk pada rakaat terakhir tersebut sama, yaitu dengan cara duduk  tawarruk.l Wallahu a‘lam bish-shawab. *A.56h)

MENGAPA MUHAMMADIYAH DG HISAB


AWAL RAMADHAN: Mengapa MUHAMMADIYAH [Konsisten] Menggunakan Metode Hisab? 
 
Pemerintah Kamis (20/7) malam baru menggelar sidang isbat untuk menentukan awal masuknya bulan suci Ramadhan. Muhammadiyah, salah satu organisasi besar Islam di Tanah Air sudah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadhan dimulai pada 20 Juli dan sholat tarawih pada malam ini.
Tibanya Ramadhan dan Idul Fitri, dua momen yang menempatkan Muhammadiyah menjadi sorotan media massa. Apa pasalnya? Muhammadiyah yang memakai metode hisab terkenal selalu mendahului pemerintah yang menggunakan metode rukyat dalam menentukan masuknya bulan Qamariah.
Perbedaan metode itulah yang menyebabkan ada kemungkinan 1 Ramadhan dan 1 Syawal versi Muhammadiyah berbeda dengan pemerintah. Akibatnya seringkali Muhammadiyah menjadi sasaran kritik, mulai dari tidak patuh pada pemerintah, tidak menjaga ukhuwah Islamiyah hingga tidak mengikuti Rasulullah Saw yang jelas memakai rukyat al-hilal. Bahkan dari dalam kalangan Muhammadiyah sendiri ada yang belum bisa menerima penggunaan metode hisab.
Menurut publikasi Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam situs www.muhammadiyah.or.id

18 Juli 2012

HEWAN QURBAN DAN PROBLEMATIKANYA

HEWAN QURBAN, PEMBAGIAN DAGING,
DAN PENJUALAN KULITNYA
Salim Sulaiman, Yogyakarta
Pertanyaan:
Dalam melaksanakan ibadah qurban, sering sekali kami jumpai orang menyerahkan hewan qurban dengan menyebutkan untuk salah seorang anggota rumah tangganya sebagai orang yang berqurban (shahibul qurban). Sebagai contoh; kalau dua tahun yang lalu misalnya, penyembelihan hewan qurban itu diatasnamakan dirinya sebagai shahibul qurban, maka untuk tahun berikutnya dia menyerahkan hewan qurban dengan menyebutkan isterinya sebagai shahibul qurban, kemudian tahun ini dengan mengatasnamakan anaknya, dan seterusnya dari keluarga itu selalu berganti-ganti atas nama shahibul qurbannya.

12 Juli 2012

TUNTUNAN IBADAH PUASA RAMADHAN

Ramadhan 1433 H sudah diambang pintu, persiapan yang harus kita lakukan meliputi fisik dan mental. berikut aku poskan tuntunan ibadah puasa ramadhan yang kudapat dari PP Muhammadiyah. bagi saudaraku seiman yang berkenan mau baca - baca dipersilahkan down load di link berikut ini.
Tuntunan Puasa Ramadhan

09 Juli 2012

RAMADHAN HAMPIR TIBA

RAMADHAN HAMPIR TIBA, PERSIAPKAN DIRI UNTUK MENYAMBUTNYA, BERIKUT AKU ENTRI MAKLUMAT DARI PP TENTANG HASIL HISAB DARI PP MUHAMMADIYAH, MAJELIS TARJIH DAN TAJDID DAN PENJELASANNYA. BAGI YANG MAU DOWNLOAD DIPERSILAHKAN :
1. Maklumat PP Muhammadiyah, Ramadhan 1433 H - 2012 M 
2. Penjelasan Hasil Hisab 1433 H

08 Juli 2012

RPP MATEMATIKA KELAS 8 TAHUN 2012/2013

Buat teman- teman guru yang rajin, jika ingin dapatkan RPP Mata Pelajaran Matematika kelas 8, berikut ini aku punya contohnya smoga bermanfaat, silahkan diedit dulu lho. mau unduh silahkan.

RPP MATEMATIKA KLAS 9 2012/2013

Memasuki tahun ajaran baru pastilah para guru pada sibuk mempersiapkan RPP, berikut ini RPP ku yang baru yang kupersiapkan di tahun ajaran 2012/2013, bagi yang mau pakai ya monggo silahkan diunduh aja. 

04 Maret 2012

LATIHAN UJIAN NASIONAL (TUGAS 9H)

untuk anak - anak berikut tugas yang harus di kerjakan, dapar didownload dulu di link berikut: tugas untuk kelas 9h. setelah download silahkan kerjakan dan hasilnya silahkan kirim melalui email.

22 Februari 2012

SOAL TRY OUT MATEMATIKA

Bagi siswa SMP yang ingin lulus ujian nasional dengan nilai memuaskan, khususnya matematika, silahkan unduh soal - soal try out berikut, lalu seslesaikanlah. berikut linknya

21 Februari 2012

SOAL - SOAL UJIAN SEKOLAH

Bagi anak - anak SMP yang menginginkan contoh soal - soal Ujian  Sekolah, berikut aku upload soal USEK yang pernah diujikan SMP Negeri 1 Weru Sukoharjo di tahun yang lalu. silahkan untuk diunduh, gratis pada link berikut ini.

29 Januari 2012

SOAL USEK MATH SMP 1 WERU 2011

bagi anak - anak smp yang ingin contoh soal ujian sekolah mata pelajaran matematika silahkan unduh di sini